![]() |
Ad Astra by Marmutimut – Romance Age Gap yang Manis, Kocak, dan Sarat Budaya! |
First Impression: Cinta Lama Bersemi di Timeline Baru
“Through hardships to the star”—yaps, itu bukan cuma tagline fancy, tapi juga rangkuman sempurna dari kisah cinta antara Bintang dan Uda Bhaga. Cerita ini manis banget kayak martabak Melawai, tapi juga dalem kayak tatapan cowok yang rela nganterin kamu beli pembalut pas kamu lagi sakit perut. Buat Mince, cerita ini tuh bukan tipe romance yang penuh drama atau konflik muter-muter. Justru itu yang bikin ceritanya nagih. Ada vibe realistik tapi tetap dreamy. Dari awal, Bhaga dan Bintang udah punya ikatan, literally sejak Bintang masih orok, terus tumbuh bareng, dan... eh kok jadi deg-degan sendiri ya pas rasa itu berubah?
Karakter: Si Boncel Vs Cowok Kalem
Karakter dalam cerita ini bikin Mince senyum-senyum sendiri. Bintang, si boncel super aktif dan bawel, selalu sukses bikin suasana hidup, persis kayak kamu yang ngopi jam 11 malam sambil gibah. Sementara itu, Uda Bhaga adalah definisi Cowok Kalem—tajam tatapannya, irit kata, tapi caring-nya tuh diem-diem mematikan. Mereka adalah gambaran sempurna dari “opposites attract”. Bintang yang chaos ketemu Bhaga yang zen, eh malah klik! Dan bukan klik biasa, tapi klik yang bikin kamu bertanya-tanya, “Aku kapan punya Uda Bhaga versi hidup?”
Konflik: Cinta, Jakarta, dan Pindah ke Padang?
Konflik utama muncul saat Bintang tahu bahwa Uda Bhaga melamarnya. Yup, panggilannya bukan Mas, bukan Abang, tapi Uda! Di satu sisi, dia bisa hidup enak sama si sultan silent ini, tapi di sisi lain, dia harus ninggalin Jakarta dan pindah ke Padang. That’s a huge move, apalagi buat anak cewek yang selama ini hidup di comfort zone. Di sinilah dilema dimulai—cinta atau kenyamanan? Tapi hey, siapa yang bisa nolak cowok yang rela nganterin kamu pas nyasar, ngasih kamu martabak tiap minggu, dan nyimpen rasa sejak kamu masih SD?
Bumbu Lokal: Feel Budaya Minang yang Jarang Diangkat
Yang bikin cerita ini beda dari kebanyakan adalah unsur budaya yang diangkat. Kalau biasanya romance ngangkat budaya Jawa atau Batak, “Ad Astra” justru ngenalin kita ke budaya Minang. Dari panggilan “Uda”, latar Padang, sampai vibe keluarga Minang yang kuat—semuanya bikin cerita ini makin kaya dan otentik. Rasanya kayak makan rendang pas lagi galau, hangat dan menenangkan.
Kutipan Favorit yang Bikin Meleleh
Beberapa kutipan yang bikin Mince melting:
“Kadang yang terbaik itu bukan yang paling banyak bicara, tapi yang diam-diam ada setiap kali kamu butuh,”
“Bintang tidak pernah segan menyusahkan Da’Bhaga, karena dia tahu... Uda Bhaga tak pernah merasa disusahkan.” UDAAAAAA!
Insight Mince: Cinta Itu Aksi, Bukan Basa-Basi
Dari cerita ini, Mince belajar bahwa cinta nggak melulu tentang kata-kata manis, tapi juga aksi nyata. Kadang yang kamu cari udah ada sejak lama, kamu aja yang nggak peka. Perbedaan usia, latar, atau status sosial bisa dikalahkan kalau dua orang sama-sama niat dan saling menghargai. Dan yang paling penting: jodoh itu bisa jadi yang udah nemenin kamu dari kecil—who knows?
Rating & Rekomendasi
Rating Mince untuk cerita ini adalah 4 dari 5 martabak Melawai. Ringan, manis, menghibur, tapi tetap meaningful. Gaya naratifnya simple tapi nancep. POV flashback bikin ceritanya makin relate dan nggak ngebosenin. Ending-nya juga bukan yang maksa happy ending, tapi yang bikin pembaca senyum puas.
Cerita ini cocok banget buat kamu yang suka age gap romance tapi nggak pengen yang too good to be true, mau cerita ringan tapi tetap punya bobot emosional, dan pengen ngerasain budaya lain dalam kemasan cerita cinta yang lucu dan menyentuh.
Yuk, langsung mampir ke Ad Astra by Marmutimut di Wattpad! Siapa tahu kamu bisa nemu "Uda Bhaga"-mu sendiri 😉💘
📚 Identitas Buku
🧾 Blurb Cerita
Bhaga sudah mengenal Bintang bahkan saat perempuan itu masih dalam kandungan. Saat Bintang lahir pun, Bhaga sempat menggendongnya. Untuk ukuran bayi merah 48 centi, Bhaga tak pernah menyangka bahwa Bintang akan tumbuh menjadi perempuan boncel, berisik, banyak mau, namun juga sangat cantik. Saat perasaan sayangnya tak lagi sebatas adik kakak, Bhaga mulai menjauh dari kehidupan Bintang karena ia sadar hidup mereka jauh berbeda. Bhaga yatim piatu, jauh lebih tua, dan tiada bandusanak pula. Tak ada kelebihan yang bisa ia tawarkan pada Bintang.
Menurut Bintang, Da’Bhaga itu bagai beruang kutub menyeramkan. Dia tinggi, tatapannya tajam, irit bicara, dan susah didekati. Namun kata Jo Bumi, abang kesayangannya, hanya Bintang lah yang tak pernah segan untuk menyusahkan Da’Bhaga. Mulai dari menemaninya nonton konser, menjemput dirinya yang tersasar, mengobati benjolan sebesar telur di keningnya, membelikan pembalut saat tamu bulanannya datang, serta menjadi orang yang paling sering membawakan Martabak Melawai kesukaannya. Saat mengetahui lamaran datang dari Da’Bhaga, Bintang yang oportunis mempertimbangkan baik dan buruknya. Baiknya, Bintang bisa hidup enak karena Da’Bhaga amat kaya. Buruknya, Bintang harus hidup mengikuti Da’Bhaga ke Padang, daerah yang jaraknya lebih dari seribu kilometer dari Jakarta, rumah dan comfort zone-nya selama ini. Jadi, manakah yang harus Bintang pilih?
Kalau kamu mau Mince buatin konten reels, carousel, atau review TikTok-style, tinggal bilang aja yaa!
Komentar
Posting Komentar